Dunia Taman Vertikal, Solusi Hijaukan "Hutan Beton"

Posted by Anggi Blog's On Sabtu, 25 Februari 2012 0 komentar
Taman Vertikal di Inggris Taman Vertikal di Inggris

 Pertumbuhan kota yang tak terkendali cenderung menciptakan 'hutan beton' yang mengikis area terbuka hijau. Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat tingkat polusi udara di perkotaan yang cukup parah.

Di Inggris, strategi menghadirkan taman hijau di tengah "hutan beton" mulai berkembang. Taman kembali hadir dengan wajah baru. Berkat andil sebuah perusahaan khusus di bidang rancang-bangun "dinding hijau", taman bermunculan di dinding hotel, kantor, atau bangunan publik.

"Pasar sedang cepat beralih memikirkan cara menyediakan layanan dan infrastruktur yang ramah lingkungan untuk lingkungan kaum urban," kata Mark Laurence, direktur kreatif perusahaan Biotecture, seperti dimuat CNN

Biotecture telah merevitalisasi dinding di beberapa sudut Inggris, seperti di perpustakaan Grimsby, sisi jalanan stasiun bawah tanah Edgware Road, serta dinding dekat Marylebone Road. Tujuan dibuatnya taman vertikal ini, selain untuk memperbaiki kualitas udara, juga untuk menambah keindahan estetika.

Tanaman ditempel di dinding menggunakan sistem hidroponik modular sehingga bisa diterapkan di mana saja. Dalam sistem ini, tanaman diletakkan di atas sebuah susunan tanpa tanah dan mendapat asupan nutrisi dari kanal khusus.

Jenis daun yang digunakan juga memiliki setruman elektrostatis yang bisa menarik partikel. "Taman vertikal lebih efektif daripada pohon dalam menarik partikel karena lebih kompatibel dengan pusaran angin," kata Laurence. Konsep serupa juga telah diterapkan di Belanda dan Prancis.

Di daerah yang polusinya tidak terlalu parah, taman vertikal hidroponik bisa dipakai untuk menanam bahan makanan. Membuatnya pun tak sulit, hanya diperlukan cahaya yang cukup, sistem pengairan, dan botol plastik.


( sumber : vivanews.com ) 
READ MORE

Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Laut Indonesia Belum Optimal.

Posted by Anggi Blog's On Senin, 20 Februari 2012 0 komentar
Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Laut Indonesia Belum Optimal
Ronny Adolof Buol/Fotokita.net
 
Meski Indonesia merupakan negara kepulauan, sumber daya hayati laut sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal jika saja optimalisasi dilakukan, bisa terlihat jika alternatif pangan di laut Indonesia sangatlah melimpah. 

Sebagai contoh, perairan kawasan barat Indonesia yang memiliki rata-rata kedalaman 75 meter, didominasi sumber daya perikanan pelagis kecil. Sedangkan di kawasan timur Indonesia yang memiliki kedalaman hingga lebih dari 4.000 meter, melimpah dengan pelagis besar macam ikan tuna dan cakalang. Kekayaan sumber daya ini memiliki peran penting dalam pemenuhan protein hewani dari sektor kelautan. 

Namun, alternatif pangan ini memiliki kendala di beberapa hal. Termasuk dalam pola pikir masyarakat Indonesia yang lebih memilih karbohidrat dalam padi dan umbi-umbian. Padahal pangan dari laut sangat kaya dengan sumber protein yang juga dibutuhkan oleh tubuh manusia. 

Hal ini dikemukakan dalam Rapat Koordinasi Nasional The Census of Marine Life (CoML) Indonesia 'Keanekaragaman Hayati Laut untuk Ketahanan Pangan.' Berlangsung di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Rakornas ini diisi pembicara kunci seperti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan di era Presiden Megawati, Rokhmin Dahuri.

CoML merupakan riset global pendataan kehidupan laut pertama di dunia yang melibatkan ilmuwan dari seluruh dunia. Program ini sudah berlangsung selama satu dekade, mulai dari tahun 2000 hingga 2010. Mereka berupaya membedah arsip untuk mengkaji kondisi keragaman, kelimpahan komunitas, serta populai pada masa lalu, dan memotret parameter untuk masa kini.

"Dalam Census of Marine Life, kita tidak cuma mengidentifikasi dan memetakan biota laut. Tapi juga potensi apa yang dimilikinya, " ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Iskandar Zulkarnain, Rabu (25/1).

"Persoalannya tidak berhenti dengan mengidentifikasi, tapi bagaimana bisa diperkenalkan kepada masyarakat, meyakinkan mereka bahwa ini adalah sumber pangan. Jadi, tantangannya tidak hanya secara teknis tapi juga secara budaya dan sosial."

Ditambahkan oleh Kepala Pusat Penelitian Oceanografi LIPI Zainal Airifin jika sudah ada tiga biota laut yang dikembangkan jadi sumber pangan. Antara lain abalon (siput mata tujuh), teripang, dan rumput laut.

"Abalon sebenarnya makanan yang cukup mewah tapi kurang dimanfaatkan, tapi sudah kami kembangkan di Unit Pelayanan Teknis di Mataram (Nusa Tenggara Barat)," ujar Zainal.

Sedangkan teripang, lanjut Zainal, sudah dimanfaatkan sejak abad ke 18 tapi kurang banyak yang tahu."Padahal negara yang tak punya banyak laut seperti Malaysia, sudah memanfaatkan teripang sebagai makanan sehat. Dan untuk rumput laut juga sudah mulai dikembangkan di Unit Pelayanan Teknis di Tual (Maluku)." kata Zainal lagi.

Oleh Zika Zakiya  | 25-01-2012 | http://ngi.cc/nHe | alam dan lingkungan
READ MORE

Iran Ciptakan Rudal dengan Laser.

Posted by Anggi Blog's On 0 komentar
 

Badan Industri Pertahanan Iran menciptakan proyektil artileri baru dengan laser pemandu. Iran mengklaim hanya ada beberapa negara di dunia yang menguasai teknologi pintar ini. 

Proyektil artileri baru ini oleh Iran dinamakan Basir atau "cerdas". Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengatakan, proyektil itu diproduksi oleh para ahli Badan Industri Pertahanan yang seluruhnya adalah warga negara Iran.

Selain itu, proyektil ini juga dapat digunakan untuk pertempuran di medan pegunungan. Daya ledaknya mampu menghancurkan bunker dan sistem pertahanan musuh. Vahidi mengatakan teknologi baru ini merupakan babak baru bagi kemajuan alat militer dan persenjataan Iran.


( sumber : vivanews.com )
READ MORE